Islam memberi banyak panduan seputar hidup berumah tangga. Untuk para suami, Allah Ta'ala berfirman: "Dan pergaulilah istrimu dengan (akhlak yang) baik. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allâh menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS.An Nisa':19)
.
Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya.” (HR. Tirmidzi)
.
Untuk para istri, Rasul bersabda: “Wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni surga adalah yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan setia kepada suaminya. Bila suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya seraya berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau ridha.’” (HR. Ath Thabrani)
.
“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” (HR. Ibnu Hibban)
.
Andai suami istri membaca nasihat Allah dan Rasul-Nya sesuai peran masing-masing, lalu menjadikannya target pribadi yang mesti dicapai, tentu rumah tangganya akan indah sekali. Masing-masing tak sempat menuntut, karena berebut saling memberi. .
.
Masalahnya, sebagian suami menghafal isi hadits tentang kewajiban istri, dan istri menghafal hadits tentang nasihat untuk suami. Lalu, keduanya menjadikan hadits ini sebagai amunisi untuk menuntut pasangan dan saling mengkritisi. Dari situlah kemudian setan masuk dan membuat mereka berandai-andai punya pasangan hidup yang serasi.
.
Walhasil, rasa tidak puas pada pasangan berkembang menjadi rasa benci. Keduanya mungkin saling berpisah, lalu masing-masing mencari pasangan baru yang sesuai imajinasi. Sayang, realita seringkali tak sesuai ekspektasi.
.
Rasul melarang kita tergesa-gesa. Dalam hal ini, jangan sampai seperti orang yang membuang air di tangan hanya demi mengejar fatamorgana. Betapa malangnya....
No comments:
Post a Comment